Mengenal Gangguan Mental Body Dismorphic Disorder (BDD)
Psikologer.com - Body Dysmorphic Disorder. Gangguan dismorfik tubuh atau body dysmorphic disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan gejala berupa rasa cemas berlebihan terhadap kelemahan atau kekurangan dari penampilan fisik diri sendiri. Penyakit ini adalah bentuk kecemasan pada diri sediri.
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang memastikan penyebab body dysmorphic disorder (BDD) dengan jelas. Beberapa faktor seperti riwayat dilecehkan tubuhnya pada masa kanak-kanak, tidak dicintai orangtua, dan mempunyai penyakit yang mempengaruhi penampilan memicu terjadinya BDD. Selain itu, terdapat teori mengenai adanya ketidakseimbangan cairan kimia (hormon serotonin) di dalam otak, yang berpengaruh terhadap kapasitas obsesi.
Gejala body dysmorphic disorder (BDD) umumnya adalah selalu mencemaskan penampilan karena merasa memiliki kekurangan pada tubuhnya (body image yang negatif). Bagian-bagian tubuh yang sering dikeluhkan dan dicemaskan adalah rambut, hidung, kulit, gigi, alat kelamin, struktur wajah, kaki, pipi, lengan, bibir, dagu, perut, pinggang, pinggul, paha, alis mata, kepala, telinga, dada, bekas luka, dan ukuran tinggi atau berat badan.
Menghabiskan waktunya berjam-jam didepan cermin per hari untuk memfokuskan perhatian pada kekurangan imajiner yang dirasakannya. Selalu tidak puas dengan diagnosis dermatologis atau ahli bedah plastik. Mengubah-ubah gaya dan model rambut untuk menutupi kekurangan yang dirasakannya. Mengubah warna kulit yang diharapkan memberi kepuasan pada penampilan. Berdiet secara ketat dengan kepuasan tanpa akhir.
Obsesi terhadap citra tubuh yang berlebihan justru membebani psikologis. Body Dysmorphic Disorder juga dikenal sebagai dysmorphophobia atau rasa khawatir memiliki suatu kelainan.
Orang yang mengalami BDD tidak hanya bisa merasa tertekan tetapi lebih dari itu. Bahkan hingga bisa gagal dalam menjalankan aktivitas sehari-hari baik itu bekerja, belajar, maupun aktivitas lainnya.
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang memastikan penyebab body dysmorphic disorder (BDD) dengan jelas. Beberapa faktor seperti riwayat dilecehkan tubuhnya pada masa kanak-kanak, tidak dicintai orangtua, dan mempunyai penyakit yang mempengaruhi penampilan memicu terjadinya BDD. Selain itu, terdapat teori mengenai adanya ketidakseimbangan cairan kimia (hormon serotonin) di dalam otak, yang berpengaruh terhadap kapasitas obsesi.
Gejala body dysmorphic disorder (BDD) umumnya adalah selalu mencemaskan penampilan karena merasa memiliki kekurangan pada tubuhnya (body image yang negatif). Bagian-bagian tubuh yang sering dikeluhkan dan dicemaskan adalah rambut, hidung, kulit, gigi, alat kelamin, struktur wajah, kaki, pipi, lengan, bibir, dagu, perut, pinggang, pinggul, paha, alis mata, kepala, telinga, dada, bekas luka, dan ukuran tinggi atau berat badan.
Menghabiskan waktunya berjam-jam didepan cermin per hari untuk memfokuskan perhatian pada kekurangan imajiner yang dirasakannya. Selalu tidak puas dengan diagnosis dermatologis atau ahli bedah plastik. Mengubah-ubah gaya dan model rambut untuk menutupi kekurangan yang dirasakannya. Mengubah warna kulit yang diharapkan memberi kepuasan pada penampilan. Berdiet secara ketat dengan kepuasan tanpa akhir.
Obsesi terhadap citra tubuh yang berlebihan justru membebani psikologis. Body Dysmorphic Disorder juga dikenal sebagai dysmorphophobia atau rasa khawatir memiliki suatu kelainan.
Orang yang mengalami BDD tidak hanya bisa merasa tertekan tetapi lebih dari itu. Bahkan hingga bisa gagal dalam menjalankan aktivitas sehari-hari baik itu bekerja, belajar, maupun aktivitas lainnya.
Penderita BDD sering melakukan berbagai hal yang berlebihan hanya untuk mengkamuflase kekurangannya. Misalnya, mereka bisa berdiri berjam-jam di depan cermin atau memakai riasan wajah sebanyak-banyaknya untuk membuat diri mereka merasa lebih baik. Namun, bukannya merasa lebih baik, para penderita BDD bahkan akan semakin merasa cemas karena terus memperhatikan kekurangan tersebut.
Selain itu, mereka juga tidak hanya mengkhawatirkan satu bagian tubuh saja, misalnya mata, tetapi juga mengkhawatirkan bagian tubuh lain yang mereka rasa kurang sempurna seperti hidung, mulut, lengan, ukuran payudara, hingga ukuran kelamin.
Penyakit ini akan berbahaya bagi mental penderitanya jika terus dibiarkan, penderita akan mengalami penurunan percaya diri dan kecemasan yang sangat besar. Mungkin penderita malu untuk mencari pengobatan bagi penyakit ini, namun jika dibiarkan itu akan lebih berbahaya. Secepat mungkin saat penderita merasa mempunyai gejala yang menggambarkan penyakit ini sebaiknya mereka segera melakukan konsultasi dengan dokter yang menangani tentang kesehatan mental. Kenapa begitu? Karena penyakit ini tidak akan menjadi lebih baik seiring waktu dan jika tidak diobati, bahkan mungkin akan bertambah buruk yang akan mengubah perilaku dan pikiran penderitanya, penyakit ini bahkan bisa membuat penderitanya ingin bunuh diri.
Dengan penjelasan ini, mungkin diantara kita pernah merasakan kebiasaan seperti ini, oleh karena itu intropeksi diri dan bersyukur dalam sebuah keadaan kita yang ada.
“jalani, nikmati dan syukuri hidupmu”
0 Response to "Mengenal Gangguan Mental Body Dismorphic Disorder (BDD)"
Posting Komentar