Kebanyakan Seikerei, Sampai Lupa Kapan Belajarnya
Oleh: Nasir Ahmad Khan Saragih
Kehidupan yang bebas dan merdeka adalah kekayaan terbesar yang dimiliki setiap individu dimuka bumi ini. Baik itu kebebasan berfikir dan bertindak adalah sebuah tujuan untuk kita bebas berekspresi didalam aktivitas sehari-hari. Beberapa puluh tahun yang silam, Negara Indonesia mendapatkan jajahan dari Belanda dan Jepang. Penjajahan sudah pastinya banyak meninggalkan budaya yang melekat sampai saat ini kepada kita semua. Penulis kali ini mengajak semua pembaca untuk membuka pola pikir kita tentang apa itu seikirei ?
Kehidupan yang bebas dan merdeka adalah kekayaan terbesar yang dimiliki setiap individu dimuka bumi ini. Baik itu kebebasan berfikir dan bertindak adalah sebuah tujuan untuk kita bebas berekspresi didalam aktivitas sehari-hari. Beberapa puluh tahun yang silam, Negara Indonesia mendapatkan jajahan dari Belanda dan Jepang. Penjajahan sudah pastinya banyak meninggalkan budaya yang melekat sampai saat ini kepada kita semua. Penulis kali ini mengajak semua pembaca untuk membuka pola pikir kita tentang apa itu seikirei ?
Secara singkat Seikerei adalah penghormatan kepada dewa matahari dengan cara membungkukkan badan menuju pada terbit matahari. Budaya seperti ini adalah budaya yang diwajibkan oleh setiap masyarakat Jepang dan mungkin juga kepada kita.
Mengacu pada catatan sejarah, ada banyak perlawananan terhadap imperialis Jepang yang muncul, namun menentang menyebabkan tidak mau menjura pada matahari. Yang paling terkenal adalah pemberontakan KH Zainal Mustafa. Melawan pihak Jepang tanpa sungkan yang menghancurkan pesantren kecil di Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat ini. Bahkan Sang Kyai juga disiksa dan dihukum mati, lalu dikebumikan di daerah Ancol, Jakarta Utara, bersama makam-makam untuk santrinya serta beberapa makam tentara Belanda.
Adat hormat pada matahari ini sesuatu yang harus di lakukan pada masa pemerintahan imperialis Jepang sendiri, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ini sangatlah bertentangan kepada kita. Merujuk kepada sejarah yang tertulis, budaya ini dibawakan oleh restorasi meji seorang tokoh yang membawa agama Shinto. Agama Shinto sendiri percaya kepada dewa matahari yaitu amaterasu yang terletak di gunung fujiyama. Sedangkan dampak dan efek yang terjadi pada masa itu, segala sesuatu yang berbau Belanda, harus digantikan dengan bahasa Jepang ataupun Indonesia. Kita bisa melihat, pada saat ini yaitu, kerja paksa yang dilakukan sampai saat ini yang diwariskan secara langsung oleh jajahan kolonialisme dan imperialis. Budaya yang seperti ini sampai saat ini, jelas bisa terlihat dalam kehidupan kita, sekarang banyak orang lebih suka dihormati atau saya sebut sebagai orang yang Gila Hormat. Benar tidak ini ?
Teman teman sendiri bisa lihat disekeliling teman-teman sekalian, pada massa ini semua orang tidak memilih untuk merdeka secara pola pikir, tetapi masih mau terikat pada budaya yang sebenarnya sangat bertentangan pada pola pikir mereka. Makanya disekeliling kita juga banyak seseorang yang suka menjilat angkat telur, kalau menurut hemat penulis ini dikatakan sebagai masih ada sifat Jepang itu sendiri pada dirinya.
Seharusnya menurut penulis, yang paling penting itu adalah waktu belajar untuk bisa merubah budaya yang seharusnya tidak cocok pada diri kita sendiri. Seharusnya kita mengadopsi budaya Jepang itu yang baik, seperti "Kaizen" mungkin. Kaizen secara bahasa jepang “kai” berarti Perubahan sedangkan “zen” berarti baik dan secara istilah artinya adalah “perbaikan” dan “penyempurnaan berkesinambungan” yang melibatkan semua anggota dalam hirarki perusahaan, baik manajemen maupun karyawan. Nah budaya ini sering digunakan didalam organisasi dengan tujuan yang baik.
Namun kita tak pernah mau menyadari nya .
Hubungan dengan judul apa sih ?
Seperti ini teman-teman, kita sudah merdeka 74 tahun lamanya, namun banyak dari pola pikir, sistem kinerja dan manajemen organisasi kita, menganut konsep kalau tidak Belanda yah Jepang. Sebenarnya kapan sih kemerdekaan kita secara harfiah yang sebenarnya benar bersifat harfiah. Maka dari itu, berikan kontribusi terbaikmu, yang sesuai dengan orang-orang disekitarmu. Sebab penjajahan bertujuan umtuk kebodohan, atau penjajahan dengan gaya baru itu, sedang kita jalani saat ini. Contohnya generasi saat ini banyak fokus kepada game online nya, aplikasi tik-tok nya sehingga lupa waktu kapan buat belajar dan kapan ingin berkembang.
Namun dengan demikian, bukan berarti penulis tidak mencintai negara ini, penulis sangat cinta terhadap negara ini, saking cinta nya, penulis ingin mengajak kepada kita semua supaya bisa berguna kepada diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya, demi mewujudkan perubahan menuju Indonesia adil dan makmur di masa depan. Terimakasih, semoga tulisan ini dapat bermanfaat kepada kita semua terkhusus kepada penulis sendiri.
"Kalau mau menunggu sampai siap, kita akan menghabiskan sisa hidup kita hanya untuk menunggu"
0 Response to "Kebanyakan Seikerei, Sampai Lupa Kapan Belajarnya "
Posting Komentar