Dipaksa Sadar Diantara Rasa Yang Semakin Besar
Tulisan ini adalah catatan perjuangan mengatasnamakan rasa yang pernah tumbuh namun menjadi layu. Merujuk kepada KBBI, sadar dapat diartikan sebagai mengetahui posisi dan paham akan kondisi. Merujuk kepada hemat literasi yang saya baca mengenai kesadaran dalam psikologi kognitif, kesadaran adalah segala sesuatu yang kita ingat pernah terjadi di lingkungan kita baik itu ingatan, pikiran, dan kenangan.
Landasan yang mendasar ini yang akan saya jadikan bahan menjadi tulisan mengenai psikologi dan rasa diantara kita. Diantara kita mungkin pernah jatuh cinta. Pada hakikatnya cinta adalah sesuatu hal yang fitrah. Fitrah dalam garis besarnya dapat diartikan yaitu suci. Yang namanya suci sudah pasti bersih.
Pernahkah kalian jatuh cinta dengan ekspektasi yang sangat besar ? Memupuk rasa menjadi sebuah prasa baik namun berujung buruk ? Atau mungkin kalian ingin mempunyai kisah romansa seperti di novel yang ditulis dan dikemas dengan baik.
Dahulu saya adalah orang yang sangat percaya dengan hakikat kekuatan cinta. Namun setelah saya pernah diporak-porandakan oleh rasa kecewa, membuat saya tersadar bahwasanya ada rasa yang makin besar namun dipaksa untuk sadar. Bayangin, ekspektasi kalian sudah setinggi menara Eiffel namun kenyataannya masih terjerembab di dalam angan-angan saja. Kalian harus jatuh ketika rasa kalian tumbuh.
Beberapa orang diantara kita lupa mensyukuri hal hal yang kecil, contohnya saja seperti perhatian, padahal jika kita sadari lingkungan dan orang yang ada disekitar kita sudah sejak dulu memberikan perhatian itu, apakah kita pernah sadar ?
Pernah tidak kalian mengatakan semua laki-laki atau perempuan pada saat kalian sakit hati, kalian mengatakan mereka sama ? Sebenarnya kita hanya tidak sadar, yang membuat luka itu sendiri adalah kita, iya kita, dua kata dari kamu dan aku menjadi kita, namun kamu hancur ketika dengar perkataan mereka. Kita hanyalah dua orang yang selalu selisih paham dari mereka yang menjadi kompor kehancuran. Namun intinya kita tak pernah sadar.
Merujuk kepada literasi yang sering sekali digandrungi kawula muda saat ini misalnya, seperti tulisan Fiersa Besari, Tere Liye, Boy Chandra, dan Genta Kiswara mungkin. Kita berharap punya cerita seperti tulisan mereka, namun apakah kita pernah sadar bahwasanya kita bisa jadi lebih bahagia ketika kita mau menulis kisah romansa dalam hidup kita. Menjadikan rujukan boleh saja, namun menjadi diri sendiri didalam rasa yang ada itu jauh lebih baik. Pada akhirnya kata sadar tak akan pernah kita sadari karena untuk sadar perlu kesadaran dari diri sendiri.
Buat kalian yang punya kisah seperti catatan perjuangan ini, sadarlah, kalian hanya obat yang dibutuhkan saat sakit. Kalian hanya dijadikan badut ketika butuh hiburan. Begitulah hubungan, satu diantara kita akan melihat besar satu kesalahan yang kita lakukan padahal begitu kecil nyatanya. Namun lupa akan kesalahannya sendiri padahal begitu besar kepada orang lain. Teman-teman pembaca, sudah lama saya tak pernah berbicara soal rasa, terakhir saya nulis tentang "Aku Dipukul Mundur", karena saya sekarang menyadari bahwa, ada hati yang perlu tenang, ada jiwa yang perlu bahagia, dan ada kamu yang masih kupantau di dalam doa yang masih kupanjatkan. Kalian mesti sadar, kalau kalian punya hubungan yang sudah ambruk ditengah jalan, sesuatu yang kalian inginkan sebenarnya bukan orangnya, namun suasananya.
Menjadi tua dengan kebahagiaan dan ketentraman adalah niat kita bersama. Namun untuk hal-hal yang kecil kenapa kita mesti lupa ? Aku dan lukaku kamu dan lukamu. Kita sama-sama menyiksa atas nama rasa. Sekali lagi selamat berpuasa tetap semangat walau sahur mu tak ada alarm sahur dari dia, namun ada doa yang menjadi senjata kita.
"Aku ingin mahir menerjemahkan semua bahasa. Agar aku mampu membaca tentang pergimu secara tiba-tiba (Padahal pamit bisa ). Karena kita tak pernah sadar, ada yang menyambar jantung secara perlahan yaitu pergi tanpa alasan."
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
0 Response to "Dipaksa Sadar Diantara Rasa Yang Semakin Besar"
Posting Komentar