Merawat Buruh dengan Mengingat Sejarah
Bagi saya sejarah harus dikenang, diingat, dan dituliskan supaya tidak pernah lupa dilembar sejarah manusia. May day bagi saya bukan hanya sekedar simbolis saja untuk dilakukan. Karena bagi saya memperjuangkan hak - hak kemanusiaan adalah kewajiban bagi setiap orang.
May day adalah catatan terbesar yang pernah tertulis di lika - liku peradaban manusia. Suatu peristiwa besar pernah terjadi di dalam sejarah manusia. Pada tahun 1886 di Chicago, kaum buruh pada masa itu menuntut haknya sebagai seorang pekerja untuk dapat 8 jam waktu kerja. Namun cerita demonstrasi buruk itu harus berujung dramatis. Pengaman yang seharusnya menjadi penengah harus mengangkat senjatanya, melepaskan selongsong peluru tajam kepada mereka yang memperjuangkan hak - hak didalam hidupnya.
May day adalah buah tangan yang tercatat disejarah akibat kejamnya kapitalisme dalam menghancurkan hak dan martabat manusia. Hujan air mata dari pelosok negeri sebagai bukti tirani tetap ada dan nyata pada masa itu atas dasar kapitalisme berdiri tegak menghancurkan nasib kaum buruh. Pada kongres internasional kedua pada tahun 1889 di Paris, dalam pertemuan tokoh internasional terbitlah buah karya dari dua pemikir Fredrick Engels dan Marx menuliskan manifesto komunis. Dari itu resmilah penetapan hari buruh internasional pada tanggal 01 Mei 1889 resmi sudah dinyatakan keabsahannya.
Di Indonesia, May Day mulai diperingati pada tahun 1920. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara Asia pertama yang merayakan 1 Mei sebagai hari buruh. Melalui UU Kerja No. 12 Tahun 1948, pada pasal 15 ayat 2, yang berbunyi “Pada hari 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban kerja”, kaum buruh Indonesia, pada masa itu, tiap tahun selalu memperingati May Day. Namun perjalanan buruh harus mengalami goncangan pada zaman orba, may day tidak pernah diperingati, dengan alasan yang mendasar buruh dianggap sebagai kegiatan politik yang subversif dan berideologi komunis.
Pasca reformasi tahun 98 runtuhnya kepemimpinan bapak Soeharto peringatan may day diperbolehkan untuk dirayakan kembali. Sejarah hadirnya may day bukan layaknya kisah romantis, namun kisah tragis yang berlumuran darah didalamnya. Di Indonesia sendiri ada sosok perempuan yang berdiri tegak melawan tirani, menyampaikan aspirasinya, hilang dilenyapkan karena pergerakannya. Dia Marsinah, sosok yang menjadi sejarah buruh di Indonesia. Marsinah hilang setelah melakukan aksi menuntut segala perilaku buruk penindasan yang dilakukan kapitalis pada masa itu. Ia hilang dan dilenyapkan. Persitiwa Marsinah bukan sekedar catatan lembar kelam, melainkan menjadi sebuah reminder atau pengingat bahwa penindasan manusia atas manusia masih kerap terjadi hingga saat ini. Marsinah adalah salah satu sosok dari banyak Marsinah lainnya yang mungkin belum berani menyampaikan aspirasi agar kesejahteraan buruh menjadi sorotan penting bagi pemerintah.
Syair lagu Wiji Thukul saya kutip, kebenaran tak kan pernah mati, kebenaran akan tetap ada dan berlipat ganda. Teman-teman dalam momentum peringatan hari buruh, saya ingin mengatakan mesin - mesin produksi tidak akan bisa berjalan tanpa adanya buruh. Dan kita adalah buruh, buruh peradaban yang memperjuangkan hak - hak kemanusiaan bagi orang lain dan diri sendiri khususnya. Beberapa mayat buruh yang dihilangkan semoga menjadi pelajaran buat kita, bahwasanya memperjuangkan kebenaran butuh pengorbanan. Setiap perjuangan ada pengorbanan, setiap pengorbanan ada pengkhianatan, dan setiap pengkhianatan ada kebohongan.
Tetap panjang umur kawan - kawan. Sebagai mahasiswa, penulis merasa sebagai buruh dalam agen perubahan peradaban, maka tunjukan ke-kritisanmu dalam memperjuangkan nasib - nasib masyarakat disekelilingmu. Omnibus law adalah pencekikan hak kemanusiaan terhadap buruh, mari kita perjuangkan dan mari kita bergerak melawan tirani dikehidupan. Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, dan sampaikan dengan amal. Selamat hari buruh, selamat mengenang sejarah. Buruh adalah sejarah peradaban, bukan robot untuk memperkaya perseorangan. Dipenghujung tulisan, saya akan memberikan puisi dari Wiji Thukul untuk kita ingat kembali, sebelumnya Al-fatihah kita haturkan untuk semua buruh yang hilang dan dilenyapkan.
May day adalah catatan terbesar yang pernah tertulis di lika - liku peradaban manusia. Suatu peristiwa besar pernah terjadi di dalam sejarah manusia. Pada tahun 1886 di Chicago, kaum buruh pada masa itu menuntut haknya sebagai seorang pekerja untuk dapat 8 jam waktu kerja. Namun cerita demonstrasi buruk itu harus berujung dramatis. Pengaman yang seharusnya menjadi penengah harus mengangkat senjatanya, melepaskan selongsong peluru tajam kepada mereka yang memperjuangkan hak - hak didalam hidupnya.
May day adalah buah tangan yang tercatat disejarah akibat kejamnya kapitalisme dalam menghancurkan hak dan martabat manusia. Hujan air mata dari pelosok negeri sebagai bukti tirani tetap ada dan nyata pada masa itu atas dasar kapitalisme berdiri tegak menghancurkan nasib kaum buruh. Pada kongres internasional kedua pada tahun 1889 di Paris, dalam pertemuan tokoh internasional terbitlah buah karya dari dua pemikir Fredrick Engels dan Marx menuliskan manifesto komunis. Dari itu resmilah penetapan hari buruh internasional pada tanggal 01 Mei 1889 resmi sudah dinyatakan keabsahannya.
Di Indonesia, May Day mulai diperingati pada tahun 1920. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara Asia pertama yang merayakan 1 Mei sebagai hari buruh. Melalui UU Kerja No. 12 Tahun 1948, pada pasal 15 ayat 2, yang berbunyi “Pada hari 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban kerja”, kaum buruh Indonesia, pada masa itu, tiap tahun selalu memperingati May Day. Namun perjalanan buruh harus mengalami goncangan pada zaman orba, may day tidak pernah diperingati, dengan alasan yang mendasar buruh dianggap sebagai kegiatan politik yang subversif dan berideologi komunis.
Pasca reformasi tahun 98 runtuhnya kepemimpinan bapak Soeharto peringatan may day diperbolehkan untuk dirayakan kembali. Sejarah hadirnya may day bukan layaknya kisah romantis, namun kisah tragis yang berlumuran darah didalamnya. Di Indonesia sendiri ada sosok perempuan yang berdiri tegak melawan tirani, menyampaikan aspirasinya, hilang dilenyapkan karena pergerakannya. Dia Marsinah, sosok yang menjadi sejarah buruh di Indonesia. Marsinah hilang setelah melakukan aksi menuntut segala perilaku buruk penindasan yang dilakukan kapitalis pada masa itu. Ia hilang dan dilenyapkan. Persitiwa Marsinah bukan sekedar catatan lembar kelam, melainkan menjadi sebuah reminder atau pengingat bahwa penindasan manusia atas manusia masih kerap terjadi hingga saat ini. Marsinah adalah salah satu sosok dari banyak Marsinah lainnya yang mungkin belum berani menyampaikan aspirasi agar kesejahteraan buruh menjadi sorotan penting bagi pemerintah.
Syair lagu Wiji Thukul saya kutip, kebenaran tak kan pernah mati, kebenaran akan tetap ada dan berlipat ganda. Teman-teman dalam momentum peringatan hari buruh, saya ingin mengatakan mesin - mesin produksi tidak akan bisa berjalan tanpa adanya buruh. Dan kita adalah buruh, buruh peradaban yang memperjuangkan hak - hak kemanusiaan bagi orang lain dan diri sendiri khususnya. Beberapa mayat buruh yang dihilangkan semoga menjadi pelajaran buat kita, bahwasanya memperjuangkan kebenaran butuh pengorbanan. Setiap perjuangan ada pengorbanan, setiap pengorbanan ada pengkhianatan, dan setiap pengkhianatan ada kebohongan.
Tetap panjang umur kawan - kawan. Sebagai mahasiswa, penulis merasa sebagai buruh dalam agen perubahan peradaban, maka tunjukan ke-kritisanmu dalam memperjuangkan nasib - nasib masyarakat disekelilingmu. Omnibus law adalah pencekikan hak kemanusiaan terhadap buruh, mari kita perjuangkan dan mari kita bergerak melawan tirani dikehidupan. Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, dan sampaikan dengan amal. Selamat hari buruh, selamat mengenang sejarah. Buruh adalah sejarah peradaban, bukan robot untuk memperkaya perseorangan. Dipenghujung tulisan, saya akan memberikan puisi dari Wiji Thukul untuk kita ingat kembali, sebelumnya Al-fatihah kita haturkan untuk semua buruh yang hilang dan dilenyapkan.
Peringatan
Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan maka hanya ada satu kata: lawan!
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
0 Response to "Merawat Buruh dengan Mengingat Sejarah"
Posting Komentar