Pernah Sayang Tapi Belum Berjodoh
Tentu saja dalam kehidupan banyak hal yang mengecewakan, mulai dari teman dekat, sahabat, kekasih, sampai diri sendiri. Ada saja yang salah, ada saja kekurangannya. Akibatnya kita tumbuh penuh sangsi, rasa percaya dan luka yang belum sembuh sepenuhnya. Jiwa kita retak seperti barang pecah belah. Seolah satu guncangan yang sederhana mungkin menghancurkan kita berpecah belah, hingga benar-benar tak bisa lagi berkata apa-apa.
Diantara kita pernah layu sebelum tumbuh, serta patah ketika sudah mulai tumbuh yang namanya rasa. Diantara kita pernah berjanji untuk bersama, membangun ikatan yang lebih jauh namun harus jatuh oleh masalah yang sebenarnya tak sebercanda itu meninggalkannya. Lagi-lagi kita percaya dengan kata itu, kata yang singkat menjadi obat dan penyemangat, namun memutar arah kiblat untuk berpaling dengan yang datang hanya cuman berpura-pura lagi dalam rasa. Sebenarnya cukup bingung, kenapa masih ada yang datang mengatasnamakan rasa ? Diberi hati lalu pergi meninggalkan luka, mungkin kemarin dikasih sirup Kurnia sama gorengan jauh lebih baik sebelum dikasih hati yang penuh harap.
Atau mungkin banyak diantara kita yang lupa bahwasanya roda kehidupan itu tak bersifat stagnan namun dia bersifat elastis. Kita semua pasti akan merasakan yang awalnya baik dan akhirnya tak bisa dikatakan dengan apapun. Pernahkah kalian diucapkan kata untuk serius namun akhirnya misterius ? Atau mungkin kalian juga pernah berharap padanya lah kalian akan menetapkan pilihan dan tidak ingin memutar stir hati kepada yang lain lagi ? Atau kalian termasuk korban dari beberapa janji manis yang diucapkan oleh bibir namun tidak disetujui oleh hati ?
Sebenarnya ujarku cukup mudah. Jika menetapkan pilihan harus banyak dilema yang dihadapi, kalian mesti ingat, mutiara itu letaknya didasar laut, dan yang mencarinya hanyalah orang yang serius, bukan mereka yang datang menawarkan serius namun sifatnya seperti spiritus, awal dingin akhirnya beku.
Sampai kapan harus banyak sayang yang benar-benar dihancurkan ? Apakah meninggalkan menjadi pilihan buat mereka yang ingin diseriuskan ? Atau mungkin, semua yang ada hanya sekedar ucapan bukan kenyataan yang benar-benar untuk direalisasikan. Ketuk hati masing-masing, jika itu kita, maka perbaikilah.
Penulis hanya tidak ingin banyak yang harus tragis menahan kekecewaan diatas perasaan yang mulai terpatri di dalam hati. Memang benar, kehidupan laksana orang berbelanja di minimarket. Semua orang bisa masuk, dan semua orang berhak untuk pergi meninggalkan. Namun soal rasa bukanlah laksana obat, yang dibutuhkan ketika sakit dan ditinggalkan ketika sembuh. Ketika rasa itu sudah benar-benar kurang baik, meninggalkan bukanlah pilihan, namun memperbaiki adalah jalan. Karena soal rasa tak pernah bohong.
Jangan pernah kecewakan mereka yang sudah benar sayang, sebab ketika sudah tidak ada, malam terasa lama, siang terasa gersang, dan hati terasa rindu. Sirami kehidupan dengan keseriusan karena berjuang tak selucu guyonan dagelan di status WhatsApp dan aplikasi lainnya. Ada hati yang butuh kejelasan dan ada raga yang butuh waktu untuk dipastikan. Dua orang yang pernah sepakat dengan satu semoga. Kini salah satunya berubah asing dan mulai melupa. Jangan sampai seperti ini lagi yah, karena ada hati yang miris di balik orang-orang yang humoris.
Diantara kita pernah layu sebelum tumbuh, serta patah ketika sudah mulai tumbuh yang namanya rasa. Diantara kita pernah berjanji untuk bersama, membangun ikatan yang lebih jauh namun harus jatuh oleh masalah yang sebenarnya tak sebercanda itu meninggalkannya. Lagi-lagi kita percaya dengan kata itu, kata yang singkat menjadi obat dan penyemangat, namun memutar arah kiblat untuk berpaling dengan yang datang hanya cuman berpura-pura lagi dalam rasa. Sebenarnya cukup bingung, kenapa masih ada yang datang mengatasnamakan rasa ? Diberi hati lalu pergi meninggalkan luka, mungkin kemarin dikasih sirup Kurnia sama gorengan jauh lebih baik sebelum dikasih hati yang penuh harap.
Atau mungkin banyak diantara kita yang lupa bahwasanya roda kehidupan itu tak bersifat stagnan namun dia bersifat elastis. Kita semua pasti akan merasakan yang awalnya baik dan akhirnya tak bisa dikatakan dengan apapun. Pernahkah kalian diucapkan kata untuk serius namun akhirnya misterius ? Atau mungkin kalian juga pernah berharap padanya lah kalian akan menetapkan pilihan dan tidak ingin memutar stir hati kepada yang lain lagi ? Atau kalian termasuk korban dari beberapa janji manis yang diucapkan oleh bibir namun tidak disetujui oleh hati ?
Sebenarnya ujarku cukup mudah. Jika menetapkan pilihan harus banyak dilema yang dihadapi, kalian mesti ingat, mutiara itu letaknya didasar laut, dan yang mencarinya hanyalah orang yang serius, bukan mereka yang datang menawarkan serius namun sifatnya seperti spiritus, awal dingin akhirnya beku.
Sampai kapan harus banyak sayang yang benar-benar dihancurkan ? Apakah meninggalkan menjadi pilihan buat mereka yang ingin diseriuskan ? Atau mungkin, semua yang ada hanya sekedar ucapan bukan kenyataan yang benar-benar untuk direalisasikan. Ketuk hati masing-masing, jika itu kita, maka perbaikilah.
Penulis hanya tidak ingin banyak yang harus tragis menahan kekecewaan diatas perasaan yang mulai terpatri di dalam hati. Memang benar, kehidupan laksana orang berbelanja di minimarket. Semua orang bisa masuk, dan semua orang berhak untuk pergi meninggalkan. Namun soal rasa bukanlah laksana obat, yang dibutuhkan ketika sakit dan ditinggalkan ketika sembuh. Ketika rasa itu sudah benar-benar kurang baik, meninggalkan bukanlah pilihan, namun memperbaiki adalah jalan. Karena soal rasa tak pernah bohong.
Jangan pernah kecewakan mereka yang sudah benar sayang, sebab ketika sudah tidak ada, malam terasa lama, siang terasa gersang, dan hati terasa rindu. Sirami kehidupan dengan keseriusan karena berjuang tak selucu guyonan dagelan di status WhatsApp dan aplikasi lainnya. Ada hati yang butuh kejelasan dan ada raga yang butuh waktu untuk dipastikan. Dua orang yang pernah sepakat dengan satu semoga. Kini salah satunya berubah asing dan mulai melupa. Jangan sampai seperti ini lagi yah, karena ada hati yang miris di balik orang-orang yang humoris.
"Akhirnya aku menyadari, masih ada beberapa pemikiran yang harus kembali kita satukan, masih ada sifat-sifat diantara kita yang harus kita sejajarkan. Segalanya tidak perlu sebanding, tapi terkadang, kita hanya butuh menurunkan ego kita masing-masing."
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
Setujuuuu 👌
BalasHapusMantap doge 👍👍👍
BalasHapusBagus 👍👍
BalasHapusAku suka aku suka
BalasHapus