-->

Tak Perlu Pakaian Baru Karena Idul Fitri Tak Serumit Itu

Ramadhan kali ini tak seheboh Ramadhan sebelumnya. Ditengah pandemik covid-19 ini beberapa diantaranya harus terbatasi dalam kegiatan sehari-hari. Tidak terasa kita hampir saja di ujung ramadhan, namun berbagai kegiatan dalam berlomba-lomba dalam kebaikan masih saja sering kita abaikan. Kita lebih sibuk dengan ajakan bukber antar lintas alumni dan sibuk memikirkan sesuatu yang baru untuk menyambut hari yang Fitri.

Perihal yang demikian sebenarnya hal yang wajar bila mana keadaan seperti biasanya. Pada tradisi kita selama ini, tradisi serba baru sering kita lakukan, misalanya baju, celana, dan gadget baru. Namun tidak dengan keimanan yang baru. Selain dari itu biasanya kegiatan buat ketupat, kue lebaran dan sebagainya adalah kebiasaan yang sering kita lakukan. Namun di tengah pandemik ini, kebiasaan itu akan berkurang dikarenakan tingkat Ekonomi di berbagai kalangan masyarakat yang sedang tidak baik-baik saja.
Di Indonesia, memakai dan belanja baju lebaran sudah dimulai sejak berabad-abad lalu. Tepatnya tahun 1596. Sejarah pemakaian baju baru ditulis dalam buku Sejarah Nasional Indonesia karangan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Memakai baju baru saat lebaran bukan hanya budaya orang Indonesia saja. Terdapat dalil-dalil sahih berupa hadis Nabi dan atsar (perkataan) para ulama ahlus sunah wal jama’ah yang menunjukkan bahwa hal itu memang boleh dan ada tuntunannya.

Dari pernyataan diatas saya menarik kesimpulan bahwa dengan semangat menjalankan puasa satu bulan lamanya apalagi ada diantara kita yang menerima tunjangan hari raya (THR) tradisi baju baru adalah alasan yang utama. Point yang penting perlu kita garis bawahi adalah keadaan hari ini tidak sedang baik-baik saja. Semua yang biasanya ada didalam ekspektasi kita tidak akan selaras dengan apa yang ada di realita kehidupan.

Tuntutan baju baru menurut saya pada masa ini harus kita kesampingkan terlebih dahulu. Melihat ekonomi juga sedang kacau, memilih untuk menyimpan dalam mencukupi kebutuhan kehidupan itu jauh lebih baik daripada baju baru. Saya memandangnya seperti ini, tradisi baju baru bukan dapat kita lakukan saat moment lebaran saja. Walaupun banyak promo atau diskon diberbagai jual beli online contohnya, namun pakaian yang lama dan masih layak dipakai itu sudah jauh lebih baik daripada kita harus bersifat boros untuk mengikuti nafsu keinginan kita yang berlebih.

Mungkin teman-teman masih ingat lagu waktu saat kecil dahulu, "baju baru Allhamdulillah, tuk dipakai dihari raya, tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju yang lama" sebenarnya saya akan mencocokologikan namun ada nilai positifnya juga. Kita tidak tau pandemik ini kapan berakhir, namun yang jelas kita semua berharap ini agar cepat berakhir. Dari potongan lagu itu, hal yang terpenting bukan baju barunya, melainkan bagaimana kita dapat mensyukuri apa yang ada pada kita sehingga kita tidak terkecoh oleh dunia ini. Bayangin saja ketika kita baju baru banyak dari saudara kita yang masih merasakan lebarannya masih susah untuk makan. Bukankah dari sebagian harta kita ada hak milik orang lain ?

Teman-teman pembaca sekalian, dari pernyataan diatas sebenarnya saya tidak menyampaikan seberapa pentingnya baju baru itu. Melainkan bagaimana sudut pandang kita menyikapi keadaan hari ini tidak memungkinkan untuk melakukan seperti itu. Jadi tetaplah lakukan yang seadanya saja, bila ada rezeki lebih maka lebih baik berbagi dengan sesama. Nikmati momen ramadhan terakhir dengan menyibukkan diri untuk beribadah, tak usah risau memikirkan berapa potong pakaian baru yang ada. Setelah pandemik ini tak ada baju baru tak ada baju lama, yang ada kita bertemu dengan suasana yang berbeda. Sedih jadi haru, tawa jadi suka, dan rindu jadi bertemu.

"Puji syukur alhamdulillah, kisah kita yang indah, kini telah bertemu kata sudah. Terimakasih kamu yang pernah singgah."

Author: Nasir Ahmad Khan Saragih

0 Response to "Tak Perlu Pakaian Baru Karena Idul Fitri Tak Serumit Itu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel