Bumi Manusia Di Tanah Merdeka
Terlintas dalam benak pikiran tentang bumi manusia. Ulasan mengenai bumi manusia dijelaskan dalam karangan Pramoedya Ananta Toer, potongan kata yang saya ambil adalah, Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya. Tulisan yang bagus dan buku yang luar biasa adalah bentuk pengakuan tiap pembaca yang membacanya.
Ada apa dengan bumi manusia ?
Apakah bumi manusia adalah hanya tentang harta, cinta, dan rasa yang tak pernah ada kepastiannya ? Atau bumi manusia yang terus-menerus terjebak didalam zona nostalgia.
Mengenai bumi, dalam perspektif penulis bumi ialah ciptaan Yang Maha Kuasa atas segala isinya dan ragam bentuknya. Bumi bukan sekedar untuk mencari makan, jabatan, dan ketenaran dalam kekuasaan. Bumi manusia adalah mengenai bagaimana kita menghargai dan mensyukuri segala hal apa yang Tuhan berikan.
Mengenai manusia, manusia ialah makhluk ciptaan Tuhan yang dalam hidupnya hanya sebagai seorang makhluk dan tidak memiliki kekuatan lebih apapun melainkan hanya menghambakan dirinya kepada seorang pencinta.
Terlalu ribet menjadi manusia ? Dengan segala bentuk sifat yang beraneka ragam, lupa akan atas tanggung jawabnya didalam kehidupan. Manusia tanpa rasa syukur, manusia yang selalu kufur atas segala nikmat. Ia adalah makhluk yang selalu menegakkan kebenaran untuk perutnya sendiri, lupa akan hubungannya terhadap manusia lain.
Teriakan kata merdeka, selalu keluar dari manusia manusia itu, merdeka atas pola pikir dan tindakannya, namun nyatanya merdeka hanyalah sebuah cerita panjang yang tertata rapi dimeja penguasa. Bumi manusia sudah tua, namun sampai saat ini gerakan dan perbuatan atas nama kemanusiaan hanya untuk ketenaran dan pujian saja.
Merdekalah manusia, merdekalah tanah yang subur dan makmur jika penguasa tak akan pernah kufur atas nikmat Tuhannya. Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya, tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini. Ingat ada hak orang lain di dalam apa yang kita miliki.
Tua dan bermaknalah bumi manusia, semoga namamu yang merdeka bukan hanyalah serupa dengan dongengan ayah ibu sebelum tidur.
Ada apa dengan bumi manusia ?
Apakah bumi manusia adalah hanya tentang harta, cinta, dan rasa yang tak pernah ada kepastiannya ? Atau bumi manusia yang terus-menerus terjebak didalam zona nostalgia.
Mengenai bumi, dalam perspektif penulis bumi ialah ciptaan Yang Maha Kuasa atas segala isinya dan ragam bentuknya. Bumi bukan sekedar untuk mencari makan, jabatan, dan ketenaran dalam kekuasaan. Bumi manusia adalah mengenai bagaimana kita menghargai dan mensyukuri segala hal apa yang Tuhan berikan.
Mengenai manusia, manusia ialah makhluk ciptaan Tuhan yang dalam hidupnya hanya sebagai seorang makhluk dan tidak memiliki kekuatan lebih apapun melainkan hanya menghambakan dirinya kepada seorang pencinta.
Terlalu ribet menjadi manusia ? Dengan segala bentuk sifat yang beraneka ragam, lupa akan atas tanggung jawabnya didalam kehidupan. Manusia tanpa rasa syukur, manusia yang selalu kufur atas segala nikmat. Ia adalah makhluk yang selalu menegakkan kebenaran untuk perutnya sendiri, lupa akan hubungannya terhadap manusia lain.
Teriakan kata merdeka, selalu keluar dari manusia manusia itu, merdeka atas pola pikir dan tindakannya, namun nyatanya merdeka hanyalah sebuah cerita panjang yang tertata rapi dimeja penguasa. Bumi manusia sudah tua, namun sampai saat ini gerakan dan perbuatan atas nama kemanusiaan hanya untuk ketenaran dan pujian saja.
Merdekalah manusia, merdekalah tanah yang subur dan makmur jika penguasa tak akan pernah kufur atas nikmat Tuhannya. Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik. Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya, tapi tentang surga, dan jelas tidak terjadi di atas bumi kita ini. Ingat ada hak orang lain di dalam apa yang kita miliki.
Tua dan bermaknalah bumi manusia, semoga namamu yang merdeka bukan hanyalah serupa dengan dongengan ayah ibu sebelum tidur.
"Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit."
-Pramoedya Ananta Toer
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
0 Response to "Bumi Manusia Di Tanah Merdeka"
Posting Komentar