Peninggalan Sejarah Belanda Yang Masih Tersisa di Indonesia
Negara Indonesia dahulu pernah dijajah oleh negara Belanda dan Jepang. Kali ini penulis akan membahas tentang informasi yang sebenarnya sering kita dengar dan jumpai. Negara Indonesia sendiri memiliki bahasa yang sangat beraneka ragam dan kaya akan bahasanya. Yang pada dasarnya bahasa Melayu adalah sumber dari bahasa Indonesia. Nah teman-teman saya juga baru mengetahuinya tentang penyerapan bahasa Belanda yang sudah sering kita gunakan dan dibekukan dalam kamus besar bahasa Indonesia. Ulasan yang singkat ini mungkin menjadi hal yang menarik dibuat untuk menambah wawasan pengetahuan teman-teman pembaca sekalian.
Pada tahun 1912 ada sejarah menarik di Bandung, berdirinya partai pertama yaitu Indische partij yang digagas oleh Ernst douwer dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi suryaningrat. Kata partai sendiri kita serap dari kata partij. Tidak sampai pada politik saja, penyerapan bahasa itu juga sampai kepada bidang akademis, dosen diambil dari kata docent, dekan diambil dari kata dekaan dan rektor diambil kata rector. Dibidang medis juga banyak, seperti maag, lever, kanker dan infeksi.
Yang paling sering dikehidupan sehari-hari adalah, kantor dari kantoor, buku dari Boek dan bangku dari bank. Negara Indonesia memang terkenal negara yang kaya melimpah ruah akan keanekaragamannya. Jarang unsur serapan kata tersebut menjadikan adanya pergeseran makna, rentenir misalnya berasal dari rentenieren yang artinya hidup dari bunga tabungan, sementara sekarang ini rentenir diartikan sebagai seorang lintah darat.
Dalam perkembangan bahasa Indonesia, memang unsur serapan bukan suatu hal yang salah, karena berhubungan dengan akulturasi serta asimilasi tadi, tapi disisi lain bukan berarti pula bahwa dengan adanya unsur serapan peninggalan Belanda, nasionalisme kita menjadi dipertanyakan. Seperti yang dikatakan Joss Wibisono dalam artikelnya Saling Serap Indonesia-Belanda (2010) bahwa mungkinkah menghapuskan sisa-sisa Belanda dari sejarah dan bahasa kita? Itu mungkin saja, tapi jangan-jangan juga sekaligus berarti mengingkari keindonesiaan kita sendiri. Teman-teman sekilas informasi ini bisa dijadikan buat kita saling mencari informasi mengenai tentang negara kita, banyak lagi yang harus kita pelajari sebenarnya, namun mulailah dari hal yang terkecil. Ikutin zamanmu tapi jangan lupakan sejarahmu.
Pada tahun 1912 ada sejarah menarik di Bandung, berdirinya partai pertama yaitu Indische partij yang digagas oleh Ernst douwer dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi suryaningrat. Kata partai sendiri kita serap dari kata partij. Tidak sampai pada politik saja, penyerapan bahasa itu juga sampai kepada bidang akademis, dosen diambil dari kata docent, dekan diambil dari kata dekaan dan rektor diambil kata rector. Dibidang medis juga banyak, seperti maag, lever, kanker dan infeksi.
Yang paling sering dikehidupan sehari-hari adalah, kantor dari kantoor, buku dari Boek dan bangku dari bank. Negara Indonesia memang terkenal negara yang kaya melimpah ruah akan keanekaragamannya. Jarang unsur serapan kata tersebut menjadikan adanya pergeseran makna, rentenir misalnya berasal dari rentenieren yang artinya hidup dari bunga tabungan, sementara sekarang ini rentenir diartikan sebagai seorang lintah darat.
Dalam perkembangan bahasa Indonesia, memang unsur serapan bukan suatu hal yang salah, karena berhubungan dengan akulturasi serta asimilasi tadi, tapi disisi lain bukan berarti pula bahwa dengan adanya unsur serapan peninggalan Belanda, nasionalisme kita menjadi dipertanyakan. Seperti yang dikatakan Joss Wibisono dalam artikelnya Saling Serap Indonesia-Belanda (2010) bahwa mungkinkah menghapuskan sisa-sisa Belanda dari sejarah dan bahasa kita? Itu mungkin saja, tapi jangan-jangan juga sekaligus berarti mengingkari keindonesiaan kita sendiri. Teman-teman sekilas informasi ini bisa dijadikan buat kita saling mencari informasi mengenai tentang negara kita, banyak lagi yang harus kita pelajari sebenarnya, namun mulailah dari hal yang terkecil. Ikutin zamanmu tapi jangan lupakan sejarahmu.
"Istana bukan cuma di Merdeka Utara, Indonesia juga bukan hanya Jakarta"
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
0 Response to "Peninggalan Sejarah Belanda Yang Masih Tersisa di Indonesia"
Posting Komentar