-->

Sehancur Itu Kita Pernah ?

Kita pernah hancur karena terlalu percaya, pernah patah ketika memilih orang yang salah, pernah terluka pada rasa yang dianggap akan membuat bahagia. Kita pernah tertanam dalam-dalam pada hati yang sering kita selami bentuknya, dengan niat untuk bisa kita mengerti. Kita juga pernah memutuskan berjuang untuk hati yang memperjuangkan hati orang lain.

Kita juga pernah terbuai, terurai, dan bercerai-berai dengan kasih yang tak sampai. Kita juga pernah benar-benar terpecahkan ketika kita ingin menyusun semangat itu. Lalu ia datang tanpa tegur sapa. Kita pernah terjebak oleh jebakan yang sama, sehingga menjadikan diri ceroboh memberikan kesempatan pada orang yang sama. Kita juga pernah melakukan penantian, walaupun tidak pernah berujung kepastian, kita juga pernah rela mati - matian melindungi ia yang pada akhirnya menyiksa hati ini.
Seberapa hancur kita ? Seberapa pernah kita luka oleh sebab hati yang pernah percaya ? Sampai tiba dimana kita ingin sendiri, sampai benar ingin menutup hati, memang benar dengannya lidah kita pernah berucap dengan doa yang agar segera tertancap, dengannya pula menaruh harap agar bahagia tidak menjadi fatamorgana dan dengannya pula menutup hati agar lebih bijaksana adalah suatu trauma yang tiada tara.

Terkadang dititik dewasa ini, berdamai dengan rasa sakit bukan sebagai pilihan melainkan suatu kewajiban. Lagi-lagi kita dilema terhadap waktu, ruang yang berisikan rindu serta lingkaran kepala yang berisikan kenangan.

Bagaimana kabarmu setelah ditinggalnya untuk belajar sendiri ? Apakah harimu tetap lebih berwarna, atau kah mata mu masih merah merona meneteskan air mata ? Atau hati mu sedang tertusuk rapi oleh kata yang makin hari menyayat hati.

Dengannya kita pernah jatuh untuk cinta, dengannya kita pernah mengucap sayang sebelum mata tertutup untuk mengucapkan selamat malam, dan dengannya kita hilang arah. Teruntuk kamu yang akan datang dikehidupan kelak, semoga kita menjadi dua orang yang pernah dihantam badai luka sampai terporak-porandakan tak berarah sehingga mewujudkan bahagia bukanlah suatu yang fana. Sudah dipelajari, namun belum juga paham. Sudah diusahakan, namun belum juga berhasil. Besok semoga masih ada waktu. Hal-hal yang gagal diwujudkan hari ini, nanti bisa dikejar lagi.

"Seseorang menghindari kerumunan karena tak menemukan lagi dirinya di sana. Teman-teman yang palsu. Ucapan-ucapan yang menyakiti. Pematah impian yang menjadi-jadi. Akhirnya, berjalan sendiri adalah pilihan tak terhindari."

Author: Nasir Ahmad Khan Saragih

2 Responses to "Sehancur Itu Kita Pernah ?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel