Jejak Digital, Dan Bijaklah Bermedia Sosial
Internet of things adalah keharusan di era sekarang ini buat kita semua. Kalau dulu hanya beberapa orang saja yang menggunakannya, namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, memaksakan kita mau tidak mau untuk mempelajarinya. Dimulai dari berdagang, bekerja, sampai belajar pun kita menggunakan internet dalam pelaksanaannya. Terbuktinya kapan ? Pandemi covid 19 , yang sebelumnya tidak mengetahui bagaimana kinerja webinar kini menjadi tau dan bisa, dan juga work from home. Sebenarnya beberapa negara maju sudah lebih dulu melakukan hal yang demikian, namun kan tidak ada kata terlambat untuk memulai.
Lantas apa yang dimaksud dengan jejak Digital ?
Jejak digital dalam hemat penulis adalah segala bentuk yang pernah kita lakukan dan terekam di google, media sosial dan email. Biasanya ini terekam saat kita menggunakannya dengan smartphone dan jaringan GPS. Semua jejak digital itu biasanya tersimpan didalam komputer ataupun jaringan online.
Terkadang kita sepele kapan kita melakukan jejak digital yang kita tidak sadari, misalnya pada saat kita mengunjungi IP address yang berisikan konten negatif. Namun sebenarnya yang sering kita lakukan adalah saat mengunjungi berbagai halaman atau blog. Lantas perlu kita ketahui, semakin lama kita berkutat dimedia sosial selama itu jugalah kita terekam jejaknya dimedia sosial. Ingat sudah berapa halaman apa saja yang negatif dan positif yang kamu buka dan sudah seberapa sering kamu men-share konten yang tidak baik di halaman media sosialmu yang dapat mengancam masa depanmu.
Ingat, bijaklah bermedia sosial. Tingkat kejahatan cyber makin hari makin meningkat di negara republik Indonesia ini. Mulai dari penyebaran isu hoax dan berita sara yang menyebabkan perpecahan kerukunan antar umat beragama. Biasanya perusahaan berkembang, itu melihat rekam jejak digital seseorang ketika ingin merekrutnya. Maka dari itu, apa yang kamu tanam itulah yang kamu panen. Undang undang dinegara ini tentang ITE sudah berlaku, dan sudah banyak juga yang terjerat didalamnya karena tidak bijak dalam menggunakannya. Tahun politik adalah sekolah buat kita, seberapa bijak kita bermedia, seberap bijak juga kita meyakinkan orang buat memilih pasangan kita.
Kebiasaan baru masyarakat pengguna medsos yang latah banyak yang tak memahami bagaimana sebaiknya menggunakannya dengan bijak. Apakah akan berdampak positif atau justru memicu konflik saat berbicara di dunia maya. Di mana kecepatan penyebaran informasi sangatlah cepat sepersekian detik sudah menyebar ke seantero belahan dunia. Jika tanpa pertimbangan matang, medsos akan meninggalkan jejak yang sangat kejam. Kalimat-kalimat unggahan yang memicu konflik, merendahkan orang lain, isu sara akan dituai akibatnya oleh penggunanya sendiri.
Dari sekarang mulailah ,untuk belajar bijak, baik untuk diri sendiri atau pun untuk orang lain.
"Kalau tanganmu bisa untuk merangkul, kenapa harus kamu gunakan untuk memukul. Kalau hatimu juga bisa digunakan untuk merasakan hal yang baik, kenapa harus kamu berikan kesempatan untuk hal yang buruk."
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
0 Response to "Jejak Digital, Dan Bijaklah Bermedia Sosial"
Posting Komentar