Memantaskan Sebelum Memantapkan
Tak heran bila warna rambut orang memang sama, namun isi kepala setiap orang pastilah sudah beda. Mengulik sekaligus menelaah setelah melakukan banyak pertimbangan dari berbagai pernyataan, penulis mengambil kesimpulan, bahwasanya ketika orang sudah merasa besar, akan lupa dari mana ia berasal dan dengan siapa ia bertumbuh besar. Allah SWT juga sudah katakan kepada kita semua, manusia adalah makhluk merugi. Sudah tau makhluk yang rugi namun tetap saja banyak manusia yang tak pernah sadar atas kerugiannya. Kalau diibaratkan manusia adalah sebuah perusahaan, mungkin sudah lama kita vailid (gulung tikar).
Manusia juga tidak pernah menyadari atas kerugiannya, seakan bahagia selalu namun tidak pernah ingat banyak penderitaan yang ia terima. Manusia tidak bisa sepenuhnya melepaskan penderitaan. hidup akan selalu diisi oleh keinginan. Keinginan A lalu menghilang, lompat ke keinginan B lalu menghilang, seterusnya hingga keinginan Z dan menghilang. Keinginan muncul karena ada sesuatu as your representation 'kurang'. Kamu yang beberapa hari terakhir ini terhisap oleh ketidak berujungan dan berusaha untuk tetap tersenyum, optimis dengan mengkonsumsi apa-apa yang bertebaran di media sosial akan sadar, sebanyak apapun langkah kakimu, sesering apapun dzikirmu, tak akan mengubahmu dari kebergantungan terhadap nomena. Segala macam kegelisahan, keraguan, atau bahkan capaian hanya berujung pada satu hal, ketidakberadaan. Lalu, kamu bangun sejenak, interupsi, dan melanjutkan ketidakberadaan lainnya. Hidup sepenuhnya penderitaan, kita akan selalu dikejar oleh keinginan.
Optimisme yang kamu temui di media sosial milik para penguasa hanya omong kosong yang menyuapi gizi untuk fenomena-mu itu. Sebelum titik dimana nomena itu berada, adalah bohong untuk berkata bahwa hidup ini indah."irony causes laughter, but laugther causes pain.".
Bukankah kehidupan adalah tentang proses, lantas kenapa masih saja kita melakukannya seperti perlombaan ? Pantaskan lah sebelum memantapkan. Kita tidak butuh jabatan hanya untuk dianggap tenar. Yang kita butuhkan hanyalah perubahan dan perubahan.
Teruntuk siapapun para pembaca sekalian, jangan pernah tipu-tipu siapapun orang disekitarmu untuk meyakinimu bahwasanya engkau mampu dalam bidang itu, namun sebenarnya pengetahuan mu tidak ada didalam itu.
Sudah banyak raga yang menderita, sudah banyak juga hati yang kecewa, jangan sampai air mata terus mengalir diatas kekecewaan.
Point penting yang penulis sampaikan bukan mengenai pernyataan diatas, melainkan analogi berfikir seperti ini, ketika kamu hendak ingin berkebun, yang perlu kamu persiapkan adalah alat mencangkul, parang dan bekal sesuai kebutuhan. Artinya jika kamu ingin melakukan kegiatan apapun, maka lakukan lah dengan sesuai kemampuan bukan suruhan apalagi paksaan.
Ingat perubahan dimulai dari 3M:
1. Mulai dari diri sendiri
2.Mulai dari hal yang kecil
3. Dan mulailah dari sekarang
Teruslah memandang segala hal dari segala sisi. Semakin banyak kita melakukan pelebaran cara memandang,maka akan sinkron lah cara berfikir kita yang luas.
"Diantara kita dan perubahan, ada sebuah tembok bernama 'ketidakpedulian'. Dan tembok itu hanya bisa runtuh jika kita bersama-sama mendobraknya"
Author: Nasir Ahmad Khan Saragih
Thanks bg Nasir
BalasHapusMantap
BalasHapusMari memantapkan diri agar kualitas diri pantas diperhitungkan serta menjadi pertimbangan di kalangan khalayak ramai.
BalasHapusMasyaallah tabarakallah semoga Allah selalu memberkahi semuanya bg nasir,
BalasHapusAllways share yg berfaedah ABG.