-->

Mengenalmu Setelah Luka

Semua orang memiliki jalan cerita sendiri dalam hidupnya, sama halnya dengan sebuah buku, semua orang memiliki cerita pada halaman kehidupannya, entah itu luka, bahagia sampai ia yang suka menjelma dan mengaku cinta.Terkadang menahankan sesuatu itu , seperti menanam benih luka ,yang sewaktu-waktu bisa saja melukai kita tanpa diperintah. Kita berfikir "kenapa juga memaksa sesuatu yang tidak disukai untuk dilakukan, tidak ada bahagia." Tapi realistisnya, dunia memberimu pilihan tapi dunia juga membuatmu menerima yang ia berikan. Lagi lagi, kita diminta bersyukur dan menerima secara perlahan, karena bahagia juga akan menyapa.

Beberapa hal yang tak sama sekali pernah terpikirkan adalah mengenal ia yang sudah pernah singgah setelah harus berperang dengan ego sendiri, sampai-sampai sakit hati yang tidak pernah berhenti. Ia benar, sesuatu itu memang datangnya terlambat. Namun, kenapa mengenalnya , baik sifatnya dan rasanya setelah ada luka yang bertubi-tubi datangnya.

Tanda tanya besar mengganggu dalam benak, sibuk mempertanyakan nyata atau tidak. Di satu sisi kita merelakan bahagia, namun di sisi lain bertanya-tanya mengapa bukan dengan kita. Di satu sisi kita enggan untuk lebih lama menunggu, di sisi lain barangkali masih ada harapan untuk kita bersatu. Ternyata tak semudah itu menjadi rela, meski untuk melihatmu bahagia.

Pada langkah yang hampir terhenti, kamu ada. Pada harap yang perlahan memudar, kamu hadir. Tersisalah aku dengan sebuah keadaan, dimana arah yang semestinya kutuju masih samar. Entah harus terus berjuang atau memang tak perlu keluar sebagai pemenang. Kebahagiaanku masih terombang-ambing, aku terpaksa mengikuti kemanapun ia ditempatkan. Pada kepulanganmu yang berulang, ada kata selamat tinggal yang siap-siap kembali kujelang. Kata selamat tinggal yang kuharap tak pernah lagi kudengar. Aku ingin kamu tetap di sini, mencipta bahagia dari dua sisi bukan mencari bahagia kita sendiri-sendiri.

Lagi-lagi ucapan terimakasih tanpa meminta untuk di balas kasih, harus kita ucapkan, mengenalmu sebenarnya adalah kebahagiaan, namun bersamamu adalah rasa sakit yang berkepanjangan. Kita pernah menjadi harapan yang sama, sebelum kita menjadi bacot yang menjadi cerita.

Ragamu boleh lemah, hatimu boleh rapuh, namun senyum dan semangatmu harus tetap tumbuh dan tidak rapuh. Siapapun kita, penulis, kalian semua yang membaca, yang lebih dulu percaya dengan orang yang kalian anngap bahagia, sudahi kesedihan. Mulailah berdamai dengan keadaan. Ingat, zona nyaman itu berbahaya, dan kondisi aman juga harus waspada.


"Jika memang tidak ada kepastian untuk perasaanku, tolong berhenti memperlakukan seolah-olah aku adalah sesuatu yang sangat penting bagimu. Karena sangat menyakitkan setiap hari merasa pantas, sementara namaku tidak pernah diberi panggung dalam hatimu."


Author: Nasir Ahmad Khan Saragih

0 Response to "Mengenalmu Setelah Luka"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel